Gambar : Serial Tokusatsu "Kamen Rider Ex-Aid" |
"KAI SHOUMA, PENYUKAI FILM DAN DRAMA
YANG TAK PERNAH BERPIKIR MENJADI AKTOR"
Kai Shouma meraih kepopuleran berkat perannya sebagai Parado/Kamen Rider Para-DX dalam serial "Kamen Rider Ex-Aid". Siapa yang menyangka, ternyata Kai memasuki dunia hiburan saat ia sama sekali belum memiliki ketertarikan terhadap dunia akting.
Lalu, bagaimana ceritanya dia bisa menjadi aktor, ya?
Yuk, cari tahu di sini!
Lalu, bagaimana ceritanya dia bisa menjadi aktor, ya?
Yuk, cari tahu di sini!
Pada awalnya, Kai Shouma ternyata sama sekali tidak berminat untuk tampil dalam film atau drama, meski ia suka menonton keduanya. Alih-alih berakting, ia justru menggemari sepak bola. Kai bermain sepak bola sejak kelas 1 SD. Antusiasmenya pada sepak bola itu membuatnya terus-menerus beraktivitas di klub.
Kai pernah mendapatkan pembinaan di Harajuku, tapi ia tidak tertarik untuk masuk dunia hiburan, karena menurut Kai, dunia hiburan adalah tempat yang menakutkan. Namun, berkat dukungan yang diberikan oleh ibunya, ia memberanikan diri untuk datang ke kantor perekrutan setelah mendapatkan tawaran menjadi aktor untuk kedua kalinya. Di sana, ia berpartisipasi dalam audisi pemain untuk film berjudul “Shashin Koushien 0.5 Byou no Natsu (Shashin Koshien Summer in 0.5 Sec)”.
Kai pernah mendapatkan pembinaan di Harajuku, tapi ia tidak tertarik untuk masuk dunia hiburan, karena menurut Kai, dunia hiburan adalah tempat yang menakutkan. Namun, berkat dukungan yang diberikan oleh ibunya, ia memberanikan diri untuk datang ke kantor perekrutan setelah mendapatkan tawaran menjadi aktor untuk kedua kalinya. Di sana, ia berpartisipasi dalam audisi pemain untuk film berjudul “Shashin Koushien 0.5 Byou no Natsu (Shashin Koshien Summer in 0.5 Sec)”.
Gambar : Film "Shashin Koshien Summer in 0.5 Second" |
Film ini mengangkat tema tentang perlombaan nasional antar klub foto SMA yang menjadi perlombaan nomor satu di Jepang, sehingga lomba tersebut dikenal sebagai “Shashin Koushien”. Meski Kai mengikuti audisi untuk dilm bertema perlombaan klub foto, nyatanya Kai bahkan belum pernah menyentuh kamera sama sekali.
Kai tidak sempat menikmati rasa bahagia setelah lolos audisi, sebab sutradara langsung memberinya sebuah kamera. Kai diminta untuk membiasakan diri menggunakan kamera tersebut sampai tiba waktunya syuting yang dilakukan selama satu bulan di Hokkaido.
Di saat itulah, Kai yang masih bertanya-tanya tentang apa sebenarnya hal konkret yang dilakukan oleh seorang aktor, sedikit demi sedikit mulai memahami pekerjaan di dunia hiburan berkat syuting film barunya. Di sana, Kai mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah ia alami, yakni merasakan sensasi dimana ia tidak hanya melakoni sebuah peran atau tokoh, namun juga sungguh-sungguh “menjadi” peran atau tokoh tersebut.
Dunia akting yang masih asing baginya membuat Kai mati-matian mengikuti skrip saat syuting, namun perlahan-lahan ia berinisiatif untuk menyisipkan pergerakannya sendiri dalam aktingnya. Suatu kali, ada adegan dimana ia lebih memilih untuk berakting menggunakan perasaannya sendiri dibanding mengikuti skrip, dan aktingnya mendapat pujian dari sutradara. Momen itu membuat Kai sadar bahwa ia mulai antusias pada dunia akting. Sebelumnya, Kai berpikir bahwa ia menjadi aktor hanya untuk memerankan sebuah tokoh, namun tiba-tiba saja ia merasakan bagaimana sensasinya menjadi tokoh yang ia perankan.
Baginya, meski ia telah bekerja sebagai seorang aktor, ia masih merasa belum benar-benar melakukan pekerjaannya sebagai aktor. Kai mengibaratkan perasaan tersebut seperti kegemarannya bermain sepak bola, yang meski ia sudah berlatih selama 12 tahun, ia tetap antusias untuk lebih banyak belajar dan menjadi lebih mahir lagi.
Kai tidak sempat menikmati rasa bahagia setelah lolos audisi, sebab sutradara langsung memberinya sebuah kamera. Kai diminta untuk membiasakan diri menggunakan kamera tersebut sampai tiba waktunya syuting yang dilakukan selama satu bulan di Hokkaido.
Di saat itulah, Kai yang masih bertanya-tanya tentang apa sebenarnya hal konkret yang dilakukan oleh seorang aktor, sedikit demi sedikit mulai memahami pekerjaan di dunia hiburan berkat syuting film barunya. Di sana, Kai mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah ia alami, yakni merasakan sensasi dimana ia tidak hanya melakoni sebuah peran atau tokoh, namun juga sungguh-sungguh “menjadi” peran atau tokoh tersebut.
Dunia akting yang masih asing baginya membuat Kai mati-matian mengikuti skrip saat syuting, namun perlahan-lahan ia berinisiatif untuk menyisipkan pergerakannya sendiri dalam aktingnya. Suatu kali, ada adegan dimana ia lebih memilih untuk berakting menggunakan perasaannya sendiri dibanding mengikuti skrip, dan aktingnya mendapat pujian dari sutradara. Momen itu membuat Kai sadar bahwa ia mulai antusias pada dunia akting. Sebelumnya, Kai berpikir bahwa ia menjadi aktor hanya untuk memerankan sebuah tokoh, namun tiba-tiba saja ia merasakan bagaimana sensasinya menjadi tokoh yang ia perankan.
Baginya, meski ia telah bekerja sebagai seorang aktor, ia masih merasa belum benar-benar melakukan pekerjaannya sebagai aktor. Kai mengibaratkan perasaan tersebut seperti kegemarannya bermain sepak bola, yang meski ia sudah berlatih selama 12 tahun, ia tetap antusias untuk lebih banyak belajar dan menjadi lebih mahir lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar